Kita tentu ingin tampil lebih baik, lemak berkurang, tingkat kebugaran juga meningkat dengan cara melakukan diet yang benar. Tetapi, banyak sekali kesalahpahaman yang terjadi ketika berkaitan dengan lemak diet.
Meskipun nitrisi yang satu ini sering dipercaya bisa membahayakan kesehatan dan juga bisa menghilangkan perut sixpack anda, ternyata sekarang semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa lemak dapat berperan dalam mendapatkan tubuh yang berotot dan kering.
Mitos 1: Lemak tidak penting
Diet penurunan berat badan sering dipahami dengan diet tanpa lemak. Hal ini terjadi karena lemak adalah nutrisi yang penuh dengan kalori, yaitu sekitar 9 kalori per gram lemak. Sementara karbohidrat dan protein hanya mengandung 4 kalori per gramnya. Tetapi, banyak orang berpikir kalau lemak adalah bentuk cadangan energi yang dapat dengan mudah tersimpan di dalam tubuh. Kenyataannya, perbedaan struktur susunan asam lemak ternyata juga mempunyai pengaruh yang berbeda di dalam fungsi fisiologi tubuh. Lemak menawarkan banyak fungsi di dalam tubuh seperti membantu fungsi kognitif, kesehatan jantung, kesehatan tulang dan otot, dan kekebalan tubuh. Lemak juga berperan ke dalam membran sel, dengan menyediakan sekat sel, sebagai penanda molekul, membantu penyaluran vitamin, dan menjadi tempat dari zat-zat yang penting bagi tubuh. Lemak juga disebut memiliki sifat seperti obat, yaitu mambantu menjaga hormon seks seperti testosteron, meningkatkan mood, mengurangi inflamasi, dan bahkan membantu mengendalikan lemak tubuh. Meningkatkan konsumsi lemak ternyata penting bagi tubuh tetapi perlu diingat bahwa kualitas diet juga harus seimbang dengan jumlah lemak yang dimakan.
Mitos 2: Lemak mengandung lebih banyak omega 6
Ada 2 kategori asam lemak essensial yang perlu dikonsumsi secara teratur dalam diet yaitu asam lemak omega 6 dan asam lemak omega 3. kedua asam lemak ini memiliki rantai karbon ikatan ganda. Perbedaan nya terdapat pada penempatan rantai karbon ganda ini sehingga menyebabkan perbedaan struktur dan fungsi fisiologi. Secara umum, asam lemak omega 3 berfungsi sebagai anti inflamasi, sementara asam lemak omega 6 sebagai penyebab inflamasi. Asam lemak omega 3 bisa ditemukan pada kacang, minyak biji rami, sayuran hijau (bayam, kangkung, brokoli), dan ikan seperti salmon. Sementara asam lemak omega 6 ditemukan alam makanan yang terlalu banyak dkonsumsi seperti minyak sayur, kuah salad, olahan daging, dan telur. Meskipun omega 6 dianggap sebagai asam lemak essensial, kebanyakan orang amerika cukup mendapatkan asam lemak omega 6 ini. Sebaliknya, ternyata mereka kesulitan untuk mencukupi kebutuhan omega 3 dalam tubuh sehingga terciptalah suplemen omega 3 untuk menutupi kekurangan kebutuhan omega 3 ini.

Mitos 3: Minyak Kelapa adalah yang Utama
Minyak kelapa dianggap sebagai makanan super. Selain itu minyak kelapa juga diangap sebagai sumber lemak sehat sehingga muncul anggapan bahwa minyak kelapa bisa digunakan sebagai sumber energi yang paling ampuh, pembakar lemak, dan penekan nafsu makan. Minyak kelapa adalah makanan alami yang mengandung asm lemak rantai medium (MFA) yang cukup tinggi. MFA menjadi perhtian di dalam dunia nutrisi olahraga karena perbedaan metabolikketika dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang (LFA) yang ditemukan di dalam minyak sayur dan lemak hewan. Tubuh kita menyerap dan mengolah MFA lebih cepet dari LFA sehingga menghasilkan peningkatan juah energi. Untuk itu, dengan mengganti LFA dengan minyak kelapa yang kaya akan MFA, maka anda harus membakar lebih banyak kalori. Untuk membuktikannya, peneliti melakukan investigasi pengaruh orang
normal yang disuruh mengganti minyak yang biasa denga minyak kelapa
selama 4 minggu. Hasilnya, penggantian minyak kelapa ternyata tidak berdampak pada ukuran tubuh, meliputi berat badan, persentasi lemak, dan massa otot. Selain itu, suplementasi minyak kelapa juga tidak berpengaruh pada jumlah kolesterol, nilai HDL,maupun LDL. Sementara itu MFA ternyata menghasilkan pengaruh peningkatan suhu tubuh yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan LFA. Artinya, menambahkan minyak kelapa pada diet anda ternyata tidak secara langsung menurunkan berat badan dalam jangka waktu yang lama.
Mitos 4: Telur Utuh itu Tidak Sehat
Bagi sebagia konsumen termasuk atlet, telur telah dimasukkan ke dalam menu diet mereka. Putih telur, atau disebut juga albumin, adalah sumber protein yang lengkap karena mengandung asam amino essensial. Tetapi, kuning telurnya, malah membuat orang takut untuk memakannya. Asam lemak di dalam kuning telur adalah asam oleic, yaitu asam lemak tak jenuh tunggal, sementara asam lemak lainnya adalah lemak jenuh dan lemak jenuh ganda. Selain lemak, ternyata ada 2 nutrisi yang sangat bermanfaat di dalam kuning telur. Yang pertama adalah kolin nutrisi yang berperan dalam kesehatan kognitif. Yang kedua adalah leucine, berperan sebagai aktivator utama dalam sintesa protein otot. Karena kandungan asam lemak dan kolesterol dalam kuning telur yang cukup banyak, maka mengkonsumsi telur utuh sering dijadikan alasan munculnya penyakit kardiovaskular. Meskipun penelitian secara acak tentang diet yang menyertakan telur utuh maupun tidak ternyata tidak menunjukkan keterkaitan antara konsumsi telur utuh dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Mitos 5: Rendah Lemak itu Sehat
Produk yang alami, rendah lemak, bebas gula, dan bebas kolesterol terlihat sehat ya? Tetapi, produsen makanan sering mengambil keuntungan dari keterangan ini dengan cara memberi label dengan ringkas. Penting bagi konsumen untuk memahami arti dari label ini. "Alami" kenyataannya tidak bisa secara langsung dipahami ketika label ini dipakai pada produk yang tidak mengandung daging maupun telur. "Redah lemak" berarti bahwa produk tersebut mengandung tiga gram lemak atau kurang pada tiap sajiannya. Sementara "bebas lemak" berarti bahwa produk tersebut mengandung kurang dari setengah gram lemak tiap sajiannya.
Memang terdengar biasa saja, namun ingat bahwa ukuran sajian pada tiap produk ternyata sangat sedikit. Dan juga, lemak yang terkadung ternyata juga mengandung lemak jenuh. Ketika lemak dalam suatu produk dihilangkan, maka hal ini akan juga menghilangkan rasa enak yang ada di dalam produk tersebut. Sebagai gantinya, banyak dari melakukan penambahan gula ekstra untuk mengganti lemak yang hilang. Untuk mengetahui tingkat kesehatan dan tingkat bahaya suatu produk makanan,sangat penting bagi konsumen untuk mengecek labelnya untuk memahami apa yang akan mereka makan. IM